Fenomena "Quiet Quitting": Apa yang Perlu Anda Ketahui?
Fenomena "quiet quitting" atau "berhenti diam-diam" menjadi perbincangan hangat di dunia kerja. Istilah ini merujuk pada praktik karyawan yang hanya melakukan tugas-tugas sesuai deskripsi pekerjaan mereka, tanpa berusaha lebih atau melampaui ekspektasi. Mereka tidak benar-benar mengundurkan diri, tetapi secara mental dan emosional melepaskan diri dari pekerjaan.
Apa Itu "Quiet Quitting"?
- "Quiet quitting" bukanlah tentang kemalasan atau kurangnya etos kerja. Ini lebih tentang menetapkan batasan dan menghindari "budaya hustle" yang berlebihan.
- Karyawan yang melakukan "quiet quitting" biasanya merasa tidak dihargai, kelelahan, atau tidak memiliki keseimbangan kerja-hidup yang sehat.
- Mereka mungkin merasa bahwa upaya ekstra mereka tidak diakui atau dihargai oleh perusahaan.
Penyebab "Quiet Quitting"
- Kelelahan (Burnout):
- Beban kerja yang berlebihan dan tekanan terus-menerus dapat menyebabkan kelelahan, yang pada akhirnya memicu "quiet quitting".
- "Burnout adalah sindrom yang dihasilkan dari stres kronis di tempat kerja yang belum berhasil dikelola." (Maslach, Schaufeli, & Leiter, 2001).
- Kurangnya Pengakuan:
- Karyawan yang merasa upaya mereka tidak dihargai cenderung kehilangan motivasi.
- Ketidakseimbangan Kerja-Hidup:
- Ketika pekerjaan mengganggu kehidupan pribadi, karyawan mungkin memilih untuk menarik diri.
- Kurangnya Komunikasi:
- Kurangnya komunikasi yang efektif antara karyawan dan manajemen dapat menyebabkan kesalahpahaman dan ketidakpuasan.
Dampak "Quiet Quitting"
- Penurunan Produktivitas:
- Ketika karyawan tidak termotivasi, produktivitas secara keseluruhan dapat menurun.
- Meningkatnya Pergantian Karyawan:
- Jika masalah yang mendasari "quiet quitting" tidak diatasi, karyawan mungkin akhirnya mengundurkan diri.
- Lingkungan Kerja yang Negatif:
- "Quiet quitting" dapat menciptakan lingkungan kerja yang tidak sehat dan menurunkan semangat tim.
Yang Dapat Dilakukan Perusahaan
- Meningkatkan Komunikasi:
- Mendorong komunikasi terbuka dan jujur antara karyawan dan manajemen.
- Memberikan Pengakuan:
- Menghargai dan mengakui kontribusi karyawan.
- Mempromosikan Keseimbangan Kerja-Hidup:
- Mendorong karyawan untuk menetapkan batasan dan menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
- Mengatasi Kelelahan:
- Menawarkan program kesehatan mental dan dukungan bagi karyawan yang mengalami kelelahan.
Kesimpulan
"Quiet quitting" adalah gejala dari masalah yang lebih dalam di tempat kerja. Dengan mengatasi penyebabnya, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif.
Daftar Pustaka:
- Maslach, C., Schaufeli, W. B., & Leiter, M. P. (2001). Job burnout. Annual review of psychology, 52(1), 397-422.
Posting Komentar